BAITSULTRA.COM.KONAWE – Jalan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang menghubungkan Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe dan Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara (Konut) tidak bersahabat lagi, bagi para pengendara yang melintasi jalur tersebut.
Pasalnya, para pengguna jalan baik itu roda dua maupun roda empat yang melewati jalur tersebut diwajibkan harus membayar ongkos melintas. Dimana jalan yang merupakan gawean Pemerintah Provinsi (Pemprov) ibarat jalan tol, karena warga yang melintas harus mengeluarkan biaya yang telah ditetapkan.
Pemberlakuan biaya bagi para pelintas bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan jalan tersebut mengalami kerusakan parah akibat cuaca yang kurang bersahabat dalam beberapa bulan terakhir ini. Akibatnya, jalan tersebut mengalami longsor dan mengakibatkan terputusnya jalan alternatif yang menghubungkan Sultra dan Morowali Sulawesi tengah (Sulteng).
Masyarakat yang berdomisili tidak jauh dengan lokasi putusnya aspal jalan Provinsi melihat peluang untuk meraup untung. Mereka membuat jembatan alternatif dari bahan kayu yang diambil dari gunung. Setelah jembatan selesai, tinggal memungut biaya bagi para pengguna jalan yang melintas.
Awalnya dana yang diberikan kepada para pengelola jembatan itu tergantung keikhlasan para pengendara atau secara suka rela. Namun lambat laun, harganya telah dipatok. Untuk roda dua dikenakan tarik sekali lewat Rp5-10 ribu, sementara untuk roda 4 dikenakan biaya Rp30-50 ribu.
Kondisi ini, mulai dikeluhkan para pengguna jalan yang melintas jalur tersebut, apalagi masyarakat yang setiap hari bolak-balik melintasi jalur tersebut. Mereka pun menyayangkan sikap acuh Pemerintah baik itu Pemprov maupun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Konawe, yang dinilai berpangku tangan atas kondisi jalan tersebut.
Salah satu Warga Konawe, Ando (31) yang kerap melintasi jalur tersebut setiap harinya, mengaku kesal dengan kondisi saat ini. Hal ini dikarenakan untung yang dia dapat dari hasil berdagang, terpaksa digunakan untuk membayar jasa melalui jembatan alternatif itu.
“Saya bawa mobil, jadi saya bayar Rp.50 ribu untuk pulang-balik. Dan saya lewat jalur Meluhu-Lasolo itu setiap hari, jadi setiap lewat harus harus bayar,” kesalnya.
Dirinya meminta respon dari pemerintah untuk segera memperbaiki jalan tersebut. Karena kondisi ini sudah berlangsung sekitar 3 bulan, jika jalan ini tidak kunjung diperbaiki, maka warga yang melintas akan selalu membayar uang jasa menggunakan jembatan.
“Sudah hampir sekitar 3 bulan pemerintah tidak kunjung memperbaiki jalan yang ambruk itu. Masa mau dibiarkan saja. Dimana letak tanggung jawab pemerintah, karena kami yang setiap hari melintas sangat dirugikan,” jelasnya.
Warga lainnya, Muh. Saprudin juga mengaku kesal setiap melintasi jalur tersebut. Karena dirinya pernah dimintai uang Rp. 10 ribu saat melintas menggunakan motornya. Karena jika tidak membayar, maka akan dipersilakan lewat jalan berlumpur tanpa melalui jembatan.
“Sebenarnya ada jalan lain selain jembatan, tapi kondisinya sangat berlumpur. Kadang ada pelintas yang memilih tidak bayar, dan lewat jalan berlumpur itu, tapi kendaraannya justru tertanam dilumpur itu, dengan susah payah harus meloloskan diri dari jalan lumpur itu,” ceritanya.
Dirinya berharap, agar Pemerintah segera turun memperbaiki jalan tersebut. Ia mengakui jika jalan itu merupakan kewenangan Provinsi Sultra, tapi Pemkab Konawe juga punya andil untuk melakukan perbaikan sementara, karena wilayah berada di daratan Konawe.
“Sebenarnya Pemerintah Konawe bisa memperbaiki secara manual dulu, dengan cara menimbun sementara jalan itu, sambil menunggu pengagaran perbaikan jalan dari Pemprov Sultra untuk segera diperbaiki secara permanen. Sehingga tidak ada lagi sistem bayar-membayar bagi para pengguna jalan melintas jalan Meluhu-Lasolo ini,” tutupnya.
Laporan : BS
Tidak ada komentar